Sebelas
tahun lebih berprofesi menjadi seorang guru TK di sekolah internasional membuat
wanita kelahiran Wonosobo ini memiliki pengalaman yang tidak perlu diragukan
dalam menghadapi anak kecil. Sejak menginjak semester 4, ia mulai membiayai
kuliah dengan keringatnya sendiri. Berawal dari tawaran teman dan tekadnya untuk
tidak merepotkan kedua orang tuanya menjadikan Dewi Andriani yang disapa Dewi
ini mengambil part time job di sebuah
preschool di bilangan Menteng. Walaupun
bekerja sembari kuliah, namun Dewi tetap berprestasi dan dapat membagi waktunya
antara belajar dengan bekerja. Part time
job dimulai dari pukul 07:30
sampai 11:30 dan memulai perkuliahan dari pukul 13:30 sampai selesai. Tak
jarang Dewi masuk kelas malam jika dirinya terpaksa berhalangan hadir. Masuk
tahun ketiga kuliah, Dewi sudah bisa menyelesaikan hampir seluruh SKS yang
harus diambilnya. Bahkan, dirinya mengambil 4 tambahan SKS yang sifatnya tidak
wajib.
Seiring berjalannya waktu, karir Dewi semakin baik. Melalui pembekalan dan pembelajaran yang diberikan pihak kantor, Dewi meningkatkan kualitasnya sebagai seorang pengajar. Bahkan, Dewi berhasil diangkat menjadi teacher sebelum ia menyelesaikan kuliahnya yang tinggal selangkah lagi. Terlena dengan gaji yang didapat, wanita berusia 32 tahun ini sempat melupakan skripsi dan menundanya selama satu tahun.
Hingga sekarang, dirinya tetap setia menekuni profesinya sebagai guru TK. Dewi mengaku ia sangat mencintai pekerjaannya dan menjalaninya dengan enjoy. Tidak ada keinginan dalam dirinya untuk berpindah profesi. Bahkan, jam kerja bukan suatu masalah untuk dirinya yang sekarang mengajar dari pukul 07:30 sampai 15:00. Setelah itu masih diisi dengan persiapan untuk esok hari hingga pukul 16:30. Tidak adanya rasa penat dan bosan menjalani profesi yang sangat dicintainya. Hal itu terbukti dari ia bekerja sebagai part timer assistant. Setelah bekerja hingga pukul 11:30, memulai perkuliahan pukul 14:00 hingga kurang lebih pukul 17:00, tidak merasa lelah, waktu luang yang dimilikinya digunakan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan kampus. Pasalnya, Dewi tergabung dalam berbagai macam kegiatan ekskul selepas jam kuliahnya hingga pukul 22:00 dirinya baru menginjakan kaki di rumah.
Berbeda dengan sekarang, pada saat weekdays wanita yang tinggal di bilangan Cilandak Jakarta Selatan ini, cenderung untuk menghabiskan waktu luangnya dengan melakukan hal-hal simple seperti pergi ke kafe, nonton film, dan karaoke. Pemilihan tempat juga dilakukan dengan selektif seperti saat memilih tempat karaoke, Dewi dan teman-temannya akan mencari tempat karaoke yang bersih dan memiliki lagu paling lengkap. Tidak hanya itu, waktu luangnya juga diisi dengan berolahraga. Wanita yang pada dasarnya sangat menyukai olahraga jalan ini kerap kali mengajak anjing peliharannya jalan-jalan sore di sekitar tempat tinggalnya. Dewi selalu meluangkan waktunya minimal tiga kali dalam seminggu untuk berolahraga dan mengajak anjingnya jalan.
Tidak hanya pada saat weekdays, di kala weekend, Dewi juga tidak melewatkan waktu luangnya untuk berolahraga pagi. Hal tersebut juga dilakukannya bersama dengan anjing kesayangannya. Bedanya, pada saat weekend, Dewi memilih tempat yang lebih jauh untuk berolahraga. Ragunan menjadi pilihannya untuk berolahraga pagi dibandingkan dengan gym. Menurutnya olahraga di gym tidak alami karena dibantu dengan alat-alat. Selain berolahraga, Dewi menghabiskan waktu luangnya di gereja untuk persiapan ibadah hari Minggu dari pukul 15:00 sampai 17:00.
Kegiatan lain yang dilakukan Dewi untuk menikmati waktu luangnya di kala weekend adalah dengan pergi ke toko buku. Wanita yang sangat suka membaca tersebut sangat membenci mall yang tidak terdapat toko buku di dalamnya. Toko buku merupakan satu-satunya tempat yang dapat membuat wanita dengan rekor hampir 12 jam berada di toko buku ini merasa santai dan bahagia. Tidak terhitung waktu dan uang yang ia keluarkan untuk membaca dan membeli buku. Walaupun ia memiliki budget khusus untuk beli buku dalam satu bulan, namun ia tidak akan sungkan-sungkan menghabiskan tabungannya untuk membeli buku yang diinginkan tanpa terkecuali. Dewi yang tidak menyukai window shopping ini tidak akan datang bahkan memilih mall yang tidak ada toko bukunya. Pasalnya, setiap berkunjung ke mall, dirinya sudah mengetahui apa yang akan dibeli dan dimana barang tersebut dijual sehingga Dewi tidak perlu berkeliling dari satu toko ke toko lain untuk mencari sesuatu kecuali kondisi yang memaksa dirinya harus mencari sesuatu.
Kecintaannya akan membaca juga sangat berpengaruh terhadap kecintaannya akan museum. Sangat berbeda dengan orang pada umumnya, Dewi sebagai seorang yang sangat mencintai history berkunjung ke museum merupakan pilihan utamanya dibandingkan harus ke tempat-tempat seperti kafe, di kala sebagian besar orang mulai meninggalkan museum dan tidak lagi memilih museum sebagai tempat menghabiskan waktu luang mereka. Kecintaannya terhadap museum yang begitu tinggi menyebabkan wanita ini bisa menghabiskan waktunya di museum selama sehari penuh. Ia selalu membaca keterangan dan informasi dari setiap benda-benda bersejarah seperti arca dan patung. Tidak terlewatkan satu informasi pun tentang benda-benda di dalam museum. Bahkan dirinya rela bergabung dalam tour malam museum.
Hobby membaca yang dimiliki Dewi sejak kecil tidak menjadikan dirinya orang yang membenci kegiatan outdoor. Pasalnya, Dewi tergabung dalam club backpackers di lingkungan teman-temannya. Club yang beranggotakan 20 orang ini dibentuk untuk mewadahi teman-teman mereka yang mencintai kegiatan adventure. Seringkali Dewi memanfaatkan waktu liburannya untuk pergi ke suatu tempat yang menarik. Tidak segan-segan dirinya tinggal di rumah penduduk saat ia pergi backpacking untuk mendapatkan pengalaman bertualang yang sesungguhnya. Pengalaman tak terlupakan pun terjadi saat dirinya pergi dengan seorang teman ke Thailand. Ia harus berkekeliling selama beberapa jam untuk menemukan tempatnya menginap. Dalam keadaan sama-sama tidak tahu, ia dan temannya bertanya sana-sini untuk menemukan jalan yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar