Rivoldy Taroreh


            Rivoldy Taroreh. Seorang pemuda yang mengamban suatu pekerjaan yang kita kenal sebagai pekerjaan yang sangat mulia. Bekecimpung dalam dunia pendidikan membuat dirinya mengerti betapa mulianya jasa seorang pendidik yang kita panggil dengan sebutan guru. Sebagai seorang pendidik, Rivoldy Taroreh yang akrab disapa Rivo ini sangat menikmati pekerjaannya. Character building merupakan subject yang diajarkannya di Sekolah Tunas Bangsa. Bidang  mengajar yang berhubungan dengan humaniora ini dijalaninya dengan fun dan menarik.
            Pekerjaannya sebagai seorang guru tidak pernah menjadi beban bagi Rivo. Tentu saja hal tersebut terdukung oleh passion nya dibidang mengajar. Selain itu, waktu kerja dari pukul 07.00 hingga 15.00 yang tergolong tidak padat, membuat pemuda berusia 27 tahun ini merasa tidak terbebani dengan pekerjaannya sebagai seorang guru. Terlebih lagi libur yang didapatnya saat weekend menyebabkan Rivo dapat beristirahat dan memanfaatkan waktu luangnya dengan maksimal.
           
      Kopi. Satu kata itulah yang dapat meluapkan segala jenuh rasa lelah yang dirasakan Rivo. Kopi yang sudah dianggap seperti partner oleh Rivo memiliki kedudukan yang penting dalam hidupnya. Tidak ada kopi, maka hidupnya pun tidak lengkap. Kata-kata tersebut dapat menggambarkan betapa berharganya kopi dalam hidupnya. Tidak hanya sekedar kata-kata, namun tingkat ketelitian Rivo pada saat mencicipi kopi membuktikan bahwa dirinya benar-benar pencinta kopi sejati. Tidak segan-segan dirinya mencari dan mengunjungi berbagai kedai kopi seperti kopitiam yang menurutnya memiliki cita rasa berbeda dari kopi yang disuguhkan oleh starbucks sampai kedai kopi pertama "Tak Kie"
di Jakarta yang ia kunjungi di daerah glodok. Seringnya kunjungan yang dilakukan Rivo ke kafe yang menyuguhkan kopi atau coffe shop juga membuktikan bahwa dirinya begitu mencintai kopi. Dalam satu minggu, setidaknya ia harus menenggak kopi minimal satu kali. Dan setidaknya dalam satu minggu, dirinya pergi ke kafe yang menyediakan kopi sebanyak 3 kali.
           
Kecintaannya terhadap kopi merupakan alasan utama yang menyebabkan pemuda ini memilih kafe dan coffeshop seperti starbucks, coffe bean, excelso, kopitiam sebagai tempat untuk menghabiskan waktu luangnya. Tidak terikat pada waktu, weekdays ataupun weekend, sebagian besar waktu luangnya dihabiskan hanya sekedar duduk-duduk, browsing bahan mengajar, dan menghabiskan waktu bersama pacar untuk bercerita. Berkunjung ke kafe sudah merupakan suatu kewajiban bagi pemuda yang pernah lama tinggal di Malang ini. Kunjungannya ke kafe atau coffe shop dimulai sejak berkembangnya coffe shop seperti starbucks, coffe bean, dan lain sebagainya. Bahkan pada saat dirinya tinggal di Malang, kunjungan ke kafe dan coffe shop pun selalu menemani hari-harinya.
            Pemilihan Rivo terhadap kafe juga tergolong detail. Menurut pendapatnya, sebuah kafe yang dapat digolongkan sebagai kafe yang nyaman adalah kafe yang memiliki pelayanan yang baik dan terdidik. Nuansa dan suasana kafe juga sangat mempengaruhi mood pengunjung seperti design atau furniture yang dipilih kafe tersebut. Sebagai contoh adalah sofa. Tidak semua kafe memiliki sofa yang nyaman. Walaupun hal tersebut merupakan hal yang simple, namun bagi Rivo, hal tersebut sangat mempengaruhi waktu yang dihabiskannya di kafe tersebut.
            Menurut pendapat Rivo, suasana kafe yang nyaman dapat memperdalam  peran kafe dan coffe shop. Peran yang tadinya hanya sekedar tempat duduk-duduk dan nongkrong bersama teman, menjadi tempat untuk melepas penat dan relaksasi dari rutinitas sehari-hari. Peran yang lebih dalam lagi bagi Rivo adalah kafe sebagai tempat berbagi. Bagi dirinya, kafe yang nyaman dapat mendukung dan meningkatkan kualitas obrolan. Seperti tukar pengalaman dan nasihat. Bahkan menurut Rivo, kafe dapat menjadi tempat yang tepat untuk menyatakan perasaan atau cinta.

            Salah satu tempat selain kafe atau coffe shop yang kerap kali dikunjungi Rivo adalah mall. Ia menmall sebanyak tiga kali. Alasan dirinya begitu sering mengunjungi mall adalah mall menyuguhkan segala kebutuhannya seperti pakaian. Tidak jarang juga mall yang di dalam nya menyediakan supermarket seperti Hero di Pondok Indah Mall. Berbagai jenis makanan pun dapat ditemukan di dalam mall tanpa harus pergi ke tempat-tempat khusus untuk menemukan sebuah restoran atau tempat makan. Ia merasa mall mempermudah kebutuhannya. Namun, setelah ditanya lebih lanjut keputusannya mengunjungi suatu mall didasarkan oleh kafe atau coffe shop yang terdapat di dalam mall tersebut. Walaupun dirinya sering mengunjungi mall, semata-mata hanya untuk datang ke coffe shop. Ia mengaku bahwa dalam satu minggu, dirinya berkunjung ke coffe shop hampir setiap hari.
            Kopi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan Rivo, menjadikan pemuda ini tidak menyukai restoran keluarga. Hal ini disebabkan karena rasa kopi yang disuguhkan di restoran keluarga tidak memiliki cita rasa sesuai dengan harapannya sebagai pencinta kopi. Sehingga, setelah ia menghabiskan waktu bersama keluarganya di sebuah restoran keluarga untuk makan siang atau dinner, Rivo selalu mengajak keluarganya untuk minum kopi di kafe atau coffe shop. Tidak terbersit suatu keinginan di benak Rivo untuk mengunjungi sebuah restoran keluarga jika tidak dalam occasion tertentu. Tidak hanya mengajak keluarganya untuk pergi ke kafe, ia pun selalu mengajak pacarnya untuk menghabiskan waktu weekend mereka dengan menikmati kopi di sebuah kafe atau coffe shop.
            Tidak terpungkiri bahwa dirinya pernah mengunjungi tempat-tempat wisata seperti ancol, monas, dan kebun raya bogor. Namun, tempat-tempat wisata seperti ancol, monas, dan kebun raya bogor bukan merupakan tempat yang menjadi pilihan Rivo. Menurutnya, tempat-tempat wisata seperti itu bukan merupakan tempat yang cocok untuk dikunjungi berulang kali. Bukan hanya tidak menjadi pilihan, bahkan sejujurnya, Rivo enggan untuk pergi ke tempat itu. Alasannya pergi ke tempat wisata hanya untuk memenuhi keingintahuannya yang sesaat. Setelah ia melihat dan mengetahui tempat tersebut, Rivo tidak akan datang ke tempat itu di lain waktu.
           
  Pengalaman buruk tentang suatu tempat diperoleh Rivo di sebuah restoran keluarga. Pasalnya, pesanan yang dipesan tidak kunjung datang. Sebanyak dua kali dirinya bertanya pada pelayan. Namun, makanan tidak kunjung datang sampai akhirnya, pesanan orang yang datang setelah dirinya datang duluan. Seketika itu, mood yang tadinya baik-baik saja berubah menjadi rasa kesal dan tekad tidak akan datang ke tempat itu lagi. Pengalaman yang juga tak terlupakan adalah pada saat dirinya makan malam di sebuah warung pinggir jalan. Ternyata, di dalam makanan tersebut terkandung MSG yang dapat dibilang banyak dan menyebabkan mulut kering serta sariawan. Hal itu juga membuat Rivo melakukan blacklist terhadap tempat makan tersebut.
            Perkembangan dunia internet yang begitu pesat tidak terlalu mempengaruhi Rivo dalam mencari informasi tentang kafe dan memilih kafe. Dirinya datang ke sebuah kafe atau coffe shop berdasarkan suasana hati. Jika terlihat sebuah kafe yang nyaman dan menarik, maka tak segan-segan ia masuk dan mencoba menu yang disuguhkan kafe tersebut. Sosial media yang digunakannya juga tidak membantu dirinya dalam memilih kafe atau coffe shop. Pasalnya, sosial media digunakan Rivo hanya untuk sekedar berhubungan dengan teman-temannya. Tidak ada informasi yang detail tentang suatu tempat yang pernah diperolehnya dari sosial media. Bahkan, trend sosial media masa kini dimana orang berlomba-lomba posting tempat-tempat yang unik dan berbeda bukan menjadi masalah bagi Rivo. Rasa kopilah yang menjadi tolak ukur nomor satu dibandingkan dengan trend kafe masa kini. Di antara teman-temannya Rivo lah yang sering memberi rekomendasi sebuah tempat. Sehingga dalam hal ini, ia menjadi pengaruh bagi teman-temannya dalam memilih kafe atau coffe shop.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar